Tidak sedikit orang-orang yang pergi merantau keluar dari kota kelahirannya. Entah itu untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, atau bahkan hanya untuk mendapatkan suasana kota yang lebih nyaman.
Sebutlah itu saya, tumbuh besar di kabupaten Kediri Jawa Timur kemudian pergi merantau ke kota Bandung untuk mengais ilmu dari kota yang memiliki hawa sejuk dan kontur perbukitan yang semakin menambah indah pemandangan kota. Lima tahun lebih saya hidup di kota Bandung, sebuah waktu yang lebih dari cukup untuk menikmati berbagai area pariwisata dan sudut-sudut kota yang memberikan sajian istimewa khas kota Bandung.
Sebutlah itu saya, tumbuh besar di kabupaten Kediri Jawa Timur kemudian pergi merantau ke kota Bandung untuk mengais ilmu dari kota yang memiliki hawa sejuk dan kontur perbukitan yang semakin menambah indah pemandangan kota. Lima tahun lebih saya hidup di kota Bandung, sebuah waktu yang lebih dari cukup untuk menikmati berbagai area pariwisata dan sudut-sudut kota yang memberikan sajian istimewa khas kota Bandung.
Taman Cikapayang, Bandung
Hingga suatu ketika saya digeluti oleh kegelisahan yang mendalam tentang apa peran dan kontribusi saya selama ini untuk kota yang telah memberikan saya banyak ilmu dan pengalaman hidup, sebuah kota yang telah mengembangkan pola pikir saya dari seorang remaja labil menjadi seorang dewasa yang penuh kematangan dalam berpikir. Bukankah Rosul telah mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat buat orang lain, bukankah Al-Qur’an juga dengan jelas menyebutkan bahwa kita umat manusia adalah khalifah di muka bumi, bukankah Allah juga telah memerintahkan umat manusia untuk mengajak kepada yang ma’ruf. Sungguh itu semua adalah ajaran Islam yang mengedepankan agar setiap manusia bergerak dan berkontribusi positif terhadap sesama, terhadap lingkungannya, terhadap kotanya, maupun terhadap bangsanya.
Sejurus kemudian saya teringat akan waktu-waktu yang telah lalu ketika saya menghambur-hamburkan uang saku yang diberikan orang tua untuk saya, ketika saya tidak memaksimalkan waktu dan kesempatan saya untuk berbuat banyak selama di Bandung, ketika saya lebih memilih untuk bersantai ketika keadaan sedang membutuhkan keseriusan saya, serta ketika saya membiarkan hidup saya mengalir begitu saja yang entah ke mana akan bermuara. Sungguh hari-hari itu ingin rasanya mengulangnya dan memberikan yang terbaik yang saya bisa.
Saya menyadari itu semua hari ini, ketika beberapa hari lagi saya memutuskan untuk pulang ke kota di mana saya dibesarkan. Tentu karena saya sudah tidak lagi berstatus sebagai mahasiswa itb. Ada perasaan duka ada juga perasaan suka, semuanya bercampur menjadi satu membentuk suatu awan hitam yang menyelimuti pikiran saya akhir-akhir ini. Suka karena saya bisa juga menyelesaikan pendidikan strata satu saya, duka karena ternyata sampai setua ini belum satupun karya yang bisa saya persembahkan setidaknya untuk kota yang telah mendewasakan saya.
So, boys...whats next!?
Tentu saat ini kecil kesempatan bagi saya untuk memberikan sumbangsih kepada kota Bandung, maka saya mulai menuliskan mimpi dan kontribusi saya untuk kota tujuan saya selanjutnya, K.E.D.I.R.I., serpihan-serpihan rencana yang berserakan mulai saya kumpulkan kembali dan merenungkan apa yang bisa saya perbuat untuk kota yang telah membesarkan saya.
Hingga suatu ketika saya digeluti oleh kegelisahan yang mendalam tentang apa peran dan kontribusi saya selama ini untuk kota yang telah memberikan saya banyak ilmu dan pengalaman hidup, sebuah kota yang telah mengembangkan pola pikir saya dari seorang remaja labil menjadi seorang dewasa yang penuh kematangan dalam berpikir. Bukankah Rosul telah mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat buat orang lain, bukankah Al-Qur’an juga dengan jelas menyebutkan bahwa kita umat manusia adalah khalifah di muka bumi, bukankah Allah juga telah memerintahkan umat manusia untuk mengajak kepada yang ma’ruf. Sungguh itu semua adalah ajaran Islam yang mengedepankan agar setiap manusia bergerak dan berkontribusi positif terhadap sesama, terhadap lingkungannya, terhadap kotanya, maupun terhadap bangsanya.
Sejurus kemudian saya teringat akan waktu-waktu yang telah lalu ketika saya menghambur-hamburkan uang saku yang diberikan orang tua untuk saya, ketika saya tidak memaksimalkan waktu dan kesempatan saya untuk berbuat banyak selama di Bandung, ketika saya lebih memilih untuk bersantai ketika keadaan sedang membutuhkan keseriusan saya, serta ketika saya membiarkan hidup saya mengalir begitu saja yang entah ke mana akan bermuara. Sungguh hari-hari itu ingin rasanya mengulangnya dan memberikan yang terbaik yang saya bisa.
Saya menyadari itu semua hari ini, ketika beberapa hari lagi saya memutuskan untuk pulang ke kota di mana saya dibesarkan. Tentu karena saya sudah tidak lagi berstatus sebagai mahasiswa itb. Ada perasaan duka ada juga perasaan suka, semuanya bercampur menjadi satu membentuk suatu awan hitam yang menyelimuti pikiran saya akhir-akhir ini. Suka karena saya bisa juga menyelesaikan pendidikan strata satu saya, duka karena ternyata sampai setua ini belum satupun karya yang bisa saya persembahkan setidaknya untuk kota yang telah mendewasakan saya.
So, boys...whats next!?
Tentu saat ini kecil kesempatan bagi saya untuk memberikan sumbangsih kepada kota Bandung, maka saya mulai menuliskan mimpi dan kontribusi saya untuk kota tujuan saya selanjutnya, K.E.D.I.R.I., serpihan-serpihan rencana yang berserakan mulai saya kumpulkan kembali dan merenungkan apa yang bisa saya perbuat untuk kota yang telah membesarkan saya.
Simpang Lima Gumul, Kediri
Perjuangan dakwah, aktivitas bisnis, sosial politik, community development, dan berbagai kegiatan lain mulai saya rencanakan. Tentu dengan target dan aktivitas yang proporsional dan masuk akal, saya tidak mau berlebihan dalam menjalani hidup, karena sikap yang berlebihan dalam menjalani sesuatu akan sangat sulit bahkan mendekati mustahil untuk istiqomah atau konsisten dalam menjalaninya. Bolehlah kita terbang tinggi dalam menancapkan mimpi dan harapan di angkasa, namun jangan sampai melupakan juga bahwa kaki haruslah tetap menginjak bumi. Langkah demi langkah kecil dan konkret harus segera dilaksanakan. Karena setiap perjalanan panjang dan melelahkan selalu ada langkah pertama dan sederhana dalam mengawalinya.
Di manapun kita hidup, menebar kebaikan untuk kota adalah tanggung jawab, menjaganya untuk selalu berbudi pekerti luhur adalah tugas, membuat kebaikan ditegakkan dan kemungkaran dibasmi adalah misi, memberantas kemiskinan yang kian merajalela adalah kewajiban, membuatnya menjadi indah dan layak huni adalah kebutuhan bersama, meningkatkan taraf hidup sehat adalah pekerjaan, dan membuat pendidikan yang berkualitas mudah didapat adalah amanah. Maka sudah menjadi keharusan bagi setiap warganya terlebih bagi mereka yang telah menyelesaikan pendidikan sampai tingkat sarjana untuk membangun kotanya, memberikan kontribusi nyata untuk kotanya, dan tiada lelah membangun kota. Bukankah membangun bangsa harus diawali dari kota atau bahkan dari desa...
Catatan si eM
Perjuangan dakwah, aktivitas bisnis, sosial politik, community development, dan berbagai kegiatan lain mulai saya rencanakan. Tentu dengan target dan aktivitas yang proporsional dan masuk akal, saya tidak mau berlebihan dalam menjalani hidup, karena sikap yang berlebihan dalam menjalani sesuatu akan sangat sulit bahkan mendekati mustahil untuk istiqomah atau konsisten dalam menjalaninya. Bolehlah kita terbang tinggi dalam menancapkan mimpi dan harapan di angkasa, namun jangan sampai melupakan juga bahwa kaki haruslah tetap menginjak bumi. Langkah demi langkah kecil dan konkret harus segera dilaksanakan. Karena setiap perjalanan panjang dan melelahkan selalu ada langkah pertama dan sederhana dalam mengawalinya.
Di manapun kita hidup, menebar kebaikan untuk kota adalah tanggung jawab, menjaganya untuk selalu berbudi pekerti luhur adalah tugas, membuat kebaikan ditegakkan dan kemungkaran dibasmi adalah misi, memberantas kemiskinan yang kian merajalela adalah kewajiban, membuatnya menjadi indah dan layak huni adalah kebutuhan bersama, meningkatkan taraf hidup sehat adalah pekerjaan, dan membuat pendidikan yang berkualitas mudah didapat adalah amanah. Maka sudah menjadi keharusan bagi setiap warganya terlebih bagi mereka yang telah menyelesaikan pendidikan sampai tingkat sarjana untuk membangun kotanya, memberikan kontribusi nyata untuk kotanya, dan tiada lelah membangun kota. Bukankah membangun bangsa harus diawali dari kota atau bahkan dari desa...
Catatan si eM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar